Rumah tangga bukan dongeng Cinderella.
Ustadz. Abu Abd rahman bin Muhammad Suud al Atsary حفظه الله تعالى
Kebahagiaan Tertinggi Orang Tua
Kebahagian tertinggi orang tua adalah ketika melepas putra putrinya untuk merajut rumah tangga.
Sebagaimana juga kebahagiaan seorang gadis ketika ia mendambakan untuk bersanding dg seorang “pangeran” dalam hidupnya untuk menuntun dan juga “menjadi imamnya”.
Ini Adalah Nasehat
Wahai saudariku, wahai saudaraku.
Aku tidak akan membebanimu untuk mengecek penomoran hadits atau ayat.
Aku tidak akan memberatkanmu dengan teori-teori seputar rumah tangga atau tumpukkan kitab yang membahas rumah tangga, karena semua itu telah engkau pelajari di majelis ilmu.
Hanya saja, dengan coretan tulisanku ini, ingin sedikit memberimu ‘siraman embun’, nasehat dan wasiat, baik engkau akan dan sedang atau telah menjalani prosesi berumah tangga.
Semoga nasehatku mengalir, mewakili ucapan lisanku yang tentu engkau, wahai saudaraku mengetahui, bahwa lisanku tidak selancar tulisanku karena bawaan lahir.
Aku mengharap keikhlasan dan nasehatku di terima oleh hati, karena apa yang dari hati akan di terima oleh hati.
Aku adalah suami dari seorang istri yang telah 14 tahun berjalan menempuh rumah tangga, juga kakak dari seorang adik wanita dan adik dari seorang kakak wanita yang aku mencintai mereka semua, juga paman dari empat keponakan wanita (di Surabaya dan Bandung).
Dengarkanlah sedikit nasehatku,
Bila engkau melihat aku layak untuk itu, nasehat yang tulus dan jelas.
Sebagian gadis, akhwat, wanita…. (dengan segala ke-lugu-annya).
Terutama yang telah megenal kata “hijrah”, terlalu tinggi imajinasi, dan impiannya.
Gambaran dipelupuk mata mereka adalah prosesi hijrah, ganti casing, berjilbab besar, bahkan bercadar…
lalu, akan bertemu seorang pangeran (yang juga sudah ngaji), menjalin “taaruf”, menikah, ” dan hidup bahagia selamanya”
Ternyata, “kartun romantis” yang mereka lihat di televisi telah meliputi pemikiran mereka.
Sehingga mereka, tidak mau bangun dari “tidur” dari khayalan “dunia awan”.
Intinya, banyak yang mengira “rumah tangga itu, putri dan pangeran hidup bahagia selamanya”.
Sehingga, ketika kaki mereka telah turun dari khayalan dan “dunia sepatu kaca”, lalu menapaki sebuah mahligai rumah tangga nyata, di alam yang bisa dirasa.
“Keterkejutan” dan “syok” meliputi hati.
“Kok begini, kok begitu, tidak seperti ini rumah tangga yang aku idamkan dan hayalkan !!!”
Sebuah protes dari hidup khayalan ketika bertemu dengan kenyataan.
Ketahuilah….
Kehidupan Rumah Tangga Seperti Ini
Rumah Tangga Adalah Janji Kokoh
Rumah tangga adalah ‘janji kokoh’ yang berisi kepemimpinan, kedewasaan, membimbing, pengorbanan, getir, pahit, dan manis sekaligus.
Ia bukan mimpi di siang hari, atau dunia “peri” dan barbie, sebagaimana hayalan pemuda pemudi hari ini.
Bukan pertemuan tidak segaja, lalu pandangan mata turun ke hati, hadiah sepatu kaca, istana, dan memadu kasih setiap hari.
Jauhkan ilusi semacam itu !!
Engkau tidak hidup di awang-awang, wahai saudaraku.
Rumah Tangga Adalah Ilmu
Rumah Tangga adalah ilmu, yakni engkau harus berilmu, sebelum memasukinya.
Rumah Tangga Adalah Tanggung Jawab
Rumah Tangga adalah tangung jawab, yakni engkau berkewajiban membawa keluarga mu menuju Allah dan ridhaNya.
Rumah Tangga Adalah Pengorbanan
Rumah Tangga adalah pengorbanan, tetesan peluh, perhatian, temaramnya mata menahan kantuk karena menjaga bayi yang dilahirkan oleh istrimu dan juga popoknya.
Rumah Tangga Adalah Bagaimana Menjadi Imam
Rumah Tangga adalah bagaimana engkau menjadi imam bagi istri dan putra putrimu.
Rumah Tangga Adalah Kebijaksanaan
Rumah Tangga adalah kebijaksanaan ditengah badai yang mungkin berakibat guncangan, baik karena keuangan, masalah dengan mertua, anak, suami, istri atau tetangga.
Rumah Tangga Adalah Ekspresi
Rumah Tangga adalah senyuman, kesedihan, dan derai air mata sekaligus dan setiap saat.
Rumah Tangga Adalah Kesiapan Bersabar
Rumah Tangga adalah kesiapanmu bersabar membangunkan anggota keluargamu untuk shalat, bangun sahur, dan mengajari mereka Al Quran dan sunnah Nabi nya shalallahu alaihi wa salam.
Rumah Tangga Adalah Cobaan Mengingat Majelis Ilmu
Rumah Tangga adalah engkau ditengah kesibukanmu masih mengingat majelis ilmu dan mendatanginya.
Kehidupan Rumah Tangga Bukanlah Seperti Ini
Hanya Sekadar Membuat Anak
Bukan rumah tangga, sekedar, “buat anak”, beri belanja, lalu selesai.
Tidak Hanya Membuat Sarapan
Atau engkau bangun di dini hari, memasakkan air panas untuk teh dan sarapan suamimu yang mau berangkat kerja lalu engkau bersiap sopping dengan teman-temanmu.
Hanya Dibantu Oleh ART
Atau engkau serahkan semua kesulitan, rengekan, dan riuhnya bayi bayimu pada pelayanmu agar “kuku dan kulit” terjaga kehalusannya sampai-sampai engkau tidak mengetahui perbedaan kunyit dan jahe serta laos, bisamu hanya berhias, jalan jalan, dan foto-foto.
Hanya Menyerahkan Masalah Pada Pasangan
Atau bisamu saat menemui kesulitan engkau serahkan pada pasanganmu lalu engkau cuci tangan dan menyembunyikan diri layaknya wanita dan kehilangan -kelelakianmu-di depan sebuah masalah.
Menutup Mata Dari Kesulitan Pasangan
Atau menutup mata dari kesulitan pasanganmu dengan gadget diatas pembaringan dengan segudang game, sampai-sampai istrimu tidak bisa berhias untukmu secara wajar dan “beruban” sebelum waktunya karena kekanak-kanakanmu dalam ‘memimpin’ bahtera.
Engkau tidak bisa jadi imam yang baik sebagaimana istri tidak bisa menjadi istri yang baik karena sedikitnya ilmu, pengorbanan dan tingginya khayalan.
Sehingga kaki tidak pernah terinjakkan ke bumi.
Tidak ada kasih sayang, rahmat, atau nasehat dalam rumah tangga, semua “warga rumah tangga” mendayung dengan berbeda arah lalu terhempaslah biduk dan runtuhlah penumpang kedasar jurang neraka, Nasalullaha salama wal afiah.
Semoga Rumah Tangga kita adalah Rumah Tangga diatas iman, ilmu, kedewasaan, tangung jawab, dan pengorbanan.
Ya Allah berkahi Rumah Tangga kami, dan kumpulkan kami bersama para shalihin.
Artikel: SeptyanWidianto.web.id
[artikel number=4 tag=”nasehat”]