Kenapa Kontradiksi? ( Menyoal Metode Cocoklogi )

Kenapa Kontradiksi? ( Menyoal Metode Cocoklogi ).

Katanya tanggal 15 Ramadhan akan ada dukhan (asap) / kejadian dahsyat yang menimpa bumi, eh ternyata yang terjadi adalah klarifikasi.

Kenapa Kontradiksi?

Karena membangun keyakinan serta berucap tidak dengan petunjuk Al Qur’an dan sunnah yang shahih. Juga tidak memahami keduanya dengan pemahaman ulama terdahulu lagi shalih, dari kalangan shahabat, Tabi’in atau Tabi’ tabi’in.

Beriman kepada yang ghaib adalah termasuk perkara aqidah yang ditetapkan didalam syariat agama ini. Diantara perkara ghaib yang harus diimani adalah berita-berita ummat terdahulu serta berita-berita yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Tidak ada cara untuk mengetahui perkara ghaib, melainkan dengan melihat dan mengambilnya didalam Al Quran dan hadits-hadits yang shahih, serta memahaminya dengan pemahaman salafus shalih. Inilah metode ahlussunnah wal jamaah dalam beriman kepada perkara ghaib dan beraqidah secara umum. Sehingga, kita tidak dapati adanya kontradiksi didalam aqidah mereka.

Berbeda lagi dengan mereka yang memilih jalan atau metode selain dari metode yang dilalui oleh para salafus shalih. Kebanyakan atau bahkan secara kesulurannya memiliki kesimpang siuran, kontradiksi, bahkan perselisihan yang banyak lagi runcing. Salah satu metode yang menyelisihi jalan para salaf adalah METODE COCOKLOGI. Terlalu memaksakan keadaan untuk mencocoki sebuah hadits, atau memilih hadits dha’if / maudhu’ untuk menolong cocokloginya.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Shalih Al Fauzan حفظه الله, beliau berkata:

التناقض هو : تضارب الأقوال واختلافها، فمن ترك الحق فإنه يبتلى بالتناقض وتضارب أقواله، لأن الضلال يتشعب، ولاحد لشعبه. وأما الحق : فإنه شيء واحد لايتشعب ولايختلف، والله جل وعلا يقول : (فَمَاذَا بَعۡدَ ٱلۡحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَٰلُۖ) [يونس :٣٢]، فمن ترك الحق وقع في الضلال، والضلال متاهة والعياذ بالله، فتجد أصحابه مختلفين فيما بينهم، بل تجد الواحد منهم مختلفة آراؤه، لأنه ليس عنده هدى يسير عليه، وإنما يتخبط، تارة يقول كذا، وتارة يقول كذا.”
(شرح مسائل الجاهلية، ص ٢٨٧)

Tanaqudh adalah: kontradiksi dan perselisihan pada perkataan. Barangsiapa yang meninggalkan kebenaran, maka sungguh ia akan tertimpa kontradiksi dan perselisihan pada perkataannya. Karena sesungguhnya kesesatan itu bercabang, dan tidak ada batas cabangnya. Adapun kebenaran, maka ia adalah suatu yang satu, tidak memiliki cabang dan perselisihan didalamnya. Allah berfirman :

فَمَاذَا بَعۡدَ ٱلۡحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَٰلُۖ

“Maka tidak ada setelah kebenaran itu melainkan kesesatan” (QS. Yunus : 32).

Siapa yang meninggalkan kebenaran, maka ia akan terjerumus kedalam kesesatan, dan kesesatan itu simpang-siur, (Wal’iyadzubillah).

Maka kau melihat para pengikut kesesatan berselisih satu sama lain diantara mereka, bahkan kau mendapati salah seorang dari mereka yang selalu ada pertentangan / kontradiksi pada pendapat-pendapatnya. Itu adalah sebab ia tidak berjalan diatas petunjuk, dan yang terjadi adalah hanya berbenturan saja, terkadang ia berkata begini, terkadang pula begini (berbeda-beda)”
(Syarah Masa’il Al Jahiliyyah Hal.287)

Pesan Untuk Saudaraku

Akhil Muslim, Ukhtil Muslimah

Sudah selayaknya kita mengambil aqidah dari sumber-sumber yang shahih, memahaminya dengan pemahaman para ulama terdahulu (salafus shalih), dari kalangan shahabat, Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in, serta menjauhi segala macam bentuk cocoklogi yang menghantarkan kita kepada kesesatan.

Madinah An Nabawiyyah

Jum’at yang berkah Insya Allah, 15 Ramadhan 1441 H.
Ditulis oleh Yami Amanda Cahyanto.

Baca juga:

Silakan dibagikan:

Leave a Comment