Dua masalah shalat hari raya.
Ada dua masalah yang sering ditanyakan tentang sifat shalat Idulfitri dan Iduladha, yaitu:
1. Mengangkat tangan ketika takbir
Tidak ada hadits yang jelas tentang mengangkat tangan pada shalat hari raya tetapi kami berpendapat sunnahnya mengangkat tangan ini berdasarkan keumuman hadits:
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيْرِ
“Dari Wail bin Hujr a berkata: “Saya melihat Rasulullah mengangkat tangannya bersamaan dengan takbir”. (Hasan. Riwayat Ahmad (4/316) dan dihasankan Al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 641).
Ibnu Qayyim berkata: “Dan adalah Ibnu Umar, salah seorang sahabat yang sangat bersemangat mengikuti sunnah mengangkat tangannya pada setiap takbir”. (Zadul Ma’ad (1/443)
Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Saya berpendapat bahwa hadits ini meliputi juga takbir pada shalat hari raya”.
Ibnu Qudamah menguatkan pendapat ini seraya mengatakan: “Inilah pendapat Atha’, Al-Auza’i, Abu Hanifah dan Syafi’i”. (Al-Mughni (3/272)
Baca juga: Penjelasan Ringkas Shalat Tarawih
Al-Firyabi meriwayatkan dalam “Ahkamul ‘Iedain” (2/136) dengan sanad shahih dari Walid bin Muslim, dia berkata: “Saya bertanya kepada imam Malik bin Anas tentangnya (mengangkat tangan pada takbir tambahan), maka beliau menjawab: “Ya, angkatlah tanganmu pada setiap takbir dan saya tidak mendengar tentangnya”.
Pendapat mengangkat tangan ini juga dipilih oleh Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan para ulama’ lainnya. (Lihat Fatawa Lajnah Daimah 8/32)
2. Membaca do’a di sela-sela takbir
Tidak ada penukilan dari Nabi tentang bacaan di sela-sela takbir tetapi telah shahih dari Ibnu Mas’ud bahwa bacaanya adalah pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi serta do’a. Dan ini dibenarkan oleh sahabat Hudhaifah dan Abu Musa Al-Asy’ary. (Shahih. Riwayat At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir 3/37, Al-Baihaqi 3/291, Al-Mahamili dalam Ahkamul ‘Iedain 2/121 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 642).
Al-Baihaqi berkata setelah meriwayatkan atsar ini (3/291): “Ucapan Abdullah bin Mas’ud ini hanya terhenti padanya, dan kami mengikutinya tentang dzikir antara dua takbir, sebab tidak ada pengingkaran dari sahabat lainnya…”. Inilah pendapat imam Ahmad bin Hanbal dan Syafi’i serta dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Perlu Diperhatikan
Dua masalah ini merupakan masalah khilafiyyah di kalangan ulama’. Maka hendaknya seorang penuntut ilmu menyikapi perselisihan mereka dengan lapang dada dan penuh adab tanpa harus saling menghujat dan mencela sehingga menyulut api permusuhan dan memutus tali persahabatan.
Semoga Allah merahmati Imam Yunus As-Sadafi tatkala mengatakan: “Tidak pernah saya melihat orang yang lebih cerdik daripada Syafi’i. Saya pernah berdialog dengannya tentang suatu permasalahan kemudian kami berpisah. Tatkala dia berjumpa denganku, dia mengambil tanganku seraya berucap: “Wahai Abu Musa! Apakah kita tidak bisa untuk selalu bersahabat walaupun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah?!” (Siyar A’lam Nubala 10/16 oleh imam Dzahabi).
Ditulis oleh Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi