Sebab-Sebab Terjatuh Pada Kebid’ahan

Oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc hafidzahullah.

Sebab-Sebab Terjatuh Pada Kebid’ahan

1. Tidak Mengetahui atau Kurangnya Keilmuan Tentang Bahasa Arab dan Seluk Beluknya.

Dan ini adalah merupakan sebab yang menyebabkan banyak firqoh-firqoh sesat itu jatuh kedalam kesalahan dalam memahami ayat-ayat sifat, seperti contohnya mereka menta’wil sabda Nabi ‎shollallahu ‘alayhi wasallam:

إنما قلب ابن آدم بين إصبعين من أصابع الرحمن

“Sesungguhnya hati anak adam itu diantara dua jari jemari Arrohman”.

Sebagian orang-orang mu’tazilah ada yang menafsirkan atau menta’wil bahwa makna huzbu’ain itu adalah qudrotain (2 kekuasaan).

Maka Imam Addarimiy rahimahullah berkata:

‎فهذه ألفاظ رسول اللّٰه ‎ﷺ – في الحديث

“Ini adalah merupakan lafadz-lafadz Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam dalam hadits yang telah aku jelaskan dan aku riwayatkan dengan bahasa Arab yang nyata.”

‎ففي أي لغات وجَدْتَ أنها قدرتين

“Maka dalam bahasa apa engkau akan dapatkan bahwa makna ‘ushbuk jari’ itu maknanya adalah kekuasaan.”

“Apakah ada sesuatu yang tidak dibawah kekuasaan Allah, padahal kekuasaan Allah mencakup segala sesuatu” bukan hanya sebatas hati manusia saja, dan apakah kekuasaan Allah itu hanya dua saja ? Tentu ini sesuatu yang aneh.

Dan Syaikh Ali Hasan hafidzahullah juga menyebutkan diantara kesalahan akibat kurang paham bahasa Arab yaitu mu’adzzin setelah adzan mengucapkan sholawat, padahal khitobnya untuk mendengar dimana Nabi ‎shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda “Apabila kalian mendengar mu’adzzin adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh mu’adzzin, kemudian bersholawatlah kalian.” Ini kata Beliau, khitob ini untuk para pendengar bukan untuk mu’adzzin.

2. Bodoh Terhadap Maksud-Maksud Syari’ah.

Agama ini sudah sempurna, dimana Nabi ‎shollallahu ‘alayhi wasallam meninggal dalam keadaan telah dijelaskan segala sesuatunya. Maka dari itu wajib kita yakini bahwa agama ini telah sempurna dan tidak membutuhkan lagi tambahan-tambahan.

Dan juga wajib diyakini bahwa ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi tidak saling bertabrakan dan tidak saling bertentangan. Maka dari itu, ketika orang tidak memahami bahwa Islam ini atau tidak menyakini Islam ini telah sempurna, seringkali jatuh kepada melakukan kebid’ahan dengan meyakini bahwa yang saya lakukan ini adalah termasuk syari’at.

Maka yang seperti ini jelas tidak sesuai dengan maksud tujuan syari’ah.. karena agama ini telah sempurna.

3. Tidak Mau Tunduk Kepada Nash-Nash Syari’at.

Lebih mengedepankan akal dan hawa nafsu daripada nash-nash syari’at. Seperti yang dilakukan oleh kaum mu’tazilah dan seluruh ahli bid’ah pasti lebih mendahulukan hawa nafsu dan akal mereka diatas syari’ah.

Seperti kita lihat kaum khowarij, hanya membawakan hadits-hadits yang sesuai dengan pendapat mereka saja, bahkan kaum sufi, mereka bertelekan kepada hikayat-hikayat dan mimpi-mimpi para wali.

Demikian pula kaum mu’tazilah yang mendewakan akal dan demikian pula seluruh ahli bid’ah, mereka tidak mau tunduk kepada nash syar’i, mereka lebih tunduk kepada pendapat pembesar-pembesar mereka, wali-wali mereka.

Dan kita akan lanjutkan sebab-sebab yang lain pada pembahasan yang akan datang.

Wallahu a’lam.

Dari kitab yang berjudul “Haqiiqotul Bid’ah wa Ahkaamuhaa“, tentang Hakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya, ditulis oleh Syaikh Sa’id bin Nashir Al Ghomidi hafidzahullah.

[artikel number=4 tag=”bidah”]

Silakan dibagikan:

Leave a Comment